~ PELANGI DI HATI RINI ~
Pagi
ini, langit nampak begitu cerah di ufuk timur sana. Terlihat dari jendela
kamarku yang langsung menghadap Sang Surya pagi. Tapi entah mengapa, hari ini
aku sangat tidak bersemangat untuk pergi ke sekolah. Jiwaku sulit bagkit dari
tempat tidurku. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam pagi. Mungkin
karena hari ini adalah tepat seminggu sudah, Rendi mendiamkan aku dan Ana tanpa
sebab. Aku tak tahu apa yang sedang terjadi padanya.
“ Na, tepat seminggu sudah orang itu mendiamkan kita .,”
“ Ya Rin, aku tak habis pikir padanya. “
“ Lalu, apayang akan kita lakukan na?, apakah kita harus
meminta maaf padanya, padahal kita tidak memiliki salah padanya? “
“ Aku juga ga tau Rin, ga enak rasanya kalau hidup
seperti ini Rin. “
Seolah
tak menganggap aku dan Ana ada, Rendi pun masih asyik bercerita dengan
teman-temannya di sudut ruang kelas yang lain. Aku dan Ana tidak memiliki
kesalahan padanya hingga ia begitu. Karena sebelumnya, Aku, Ana, Rendi, Aldi,
dan teman-temannya yang lain selalu bermain bersama di kelas, belajar bersama,
senang dan susah pen bersama.
Waktu menunjukkan
pukul 10.00, waktunya kita untuk istirahat. Seperti biasa, aku dan Ana pun
pergi ke kantin untuk sekedar nongkrong disana bersama teman-teman yang lain. Aku
dan Ana duduk di tempat yang biasanya kita singgahi ketika di kantin. Pada waktu
Rendi dan teman-temannya datang, dia sepertinya sangat tidak menginginkan aku
di tempat duduk itu.
“ Ah... kita pindah aja yuk, di sini udah ada penghuni
lamanya. “ Ujar rendi pada teman-temannya.
“ Lho, emangnya kenapa? Bukannya kita selalu di tempat
duduk ini Ren?” sahut Aldi.
“ Ah... aku jadi ga nafsu makan lagi di tempat ini.”
Apa coba
maksud perkataannya Rendi barusan. Aku pun langsung berdiri dan bergegas pergi
meninggalkan kantin menuju taman sekolah. Disinilah aku mulai merenungi
kejadian-kejadian yang terjadi beberapa hari belakangan ini. Aku seperti sudah
tidak sanggup lagi jka hidup tanpa ditemani sahabat yang paling aku sayangi,
Rendi. Dia sudah ku anggap lebih dari sahabat. Dialah orang yang bisa ku ajak
curhat, semua tentang ku sudah ada padanya. Namun saat ini, semua itu bagaikan
lenyap di hantam ombak yang sangat besar.
¤¤¤
Sore ini
aku pergi ke danau di ujung komplek perumahan ku. Disinilah aku, Rendi, dan
sahabat-sahabat ku yang sering berkumpul. Namun, semenjak kita duduk di kelas 2
SMP, tempat ini seakan sudah tak berpenghuni lagi. Aku, Rendi, dan sahabat ku
yang lain sudah sibuk dengan urusannya masing-masing. Tempat ini bagaikan
penghapus kesedihan ku di sore ini.
Aku
seperti merasakan aura sahabat-sahabat ku ada di sini. Aku duduk di kursi
santai di bawah pohon hijau yang rindang di tepi danau. Sempat aku meneteskan
air mata kesedihan yang seakan sudah menumpuh di hati dan pikiran ku. Aura itu
semakin tajam kurasakan, aku sempat berpikir firasat apa yang aku rasakan ini.
“ Maafin aku Rin. “
Suara itu
tiba-tiba terdengar di balik tubuh ku, dan aku paham sekali suara itu. Ya, itu
adalah suara Rendi. Dia pun duduk di sampingku sambil menunduk.
“ Maafin aku udah mendiamkan mu seperti ini. “
Seketika
air mata ku mengalir deras di pipiku. Aku sudah tidak bisa bicara apa-apa. Dan seketika
itu pula, suasana terasa kaku sekali.
“ sebenernya, Aku beni karena aku rindu dengan mu Rin. Selama
ini kita bersama-sama terus, namun entah kenapa, akhir-akhir ini aku merasakan
sesuatu yang berubah dari mu Rin.” Sambil mengusap air mata di pipiku dengan
saputangannya.
“ Apa yang berubah dari ku
Ren?”
“ Sifatmu Rin.”
“ Maksudmu apa?”
“ Akhir-akhir ini aku merasakan sifatmu agak dingin
daripada biasanya. Apa yang terjadi sebenarnya dengan kamu?, aku kangen Riniku
yang dulu, Rini yang selalu ceria dan akrab dengan Rendi, sahabatmu ini lho!”
“ Aku begini juga karena kamu Ren. Kamu juga juga dingin
sama aku akhir-akhir ini.”
“ Maafin aku Rin. Aku janji ga akan seperti ini lagi
padamu”
“ Ya, Aku juga minta maaf Ren.”
Akhirnya,
hal yang membuat aku jadi sedih terungkap sudah. Hari ini bagaikan pelangi yang
sangat indah di hati ku, yang sebelumnya ditutupi dengan awan mendung.
Hubungan ku dengan Rendi akhirnya kembali akrab seperti
dulu lagi. Ga ada lagi rasa canggung yang muncul antara Rendi dan Aku.
by : SHOLIHAH DWI ASTUTI